Si Pria membawa seikat mawar, berlutut dan berkata kepadanya: “Menikahlah denganku, saya tidak bisa hidup tanpa kamu.” Tak disangka tidak lama kemudian, suaminya benar-benar tega mengatakan ini. Dia sangat tersentuh, dan setuju menikah dengannya. Pada tahun itu, si gadis baru berusia 23 tahun, ia satu-satu nya gadis tercantik di kota kami. Setelah menikah, orang tuanya keluar kota, ia tinggal dengan suami dan mertuanya.
Mertuanya selalu rewel dan juga suka pilih-pilih sana pilih-pilih sini, suaminya berkata: “Bagaimanapun juga ia adalah ibu saya, ia satu-satunya orang tua yang saya miliki dan ia telah bersusah payah membesarkan saya seorang diri, kamu harus menghormatinya, istriku.” Setelah itu istrinya merasa bersalah dan tidak membahasnya lagi.
Suaminya jarang di rumah, ia punya kebiasaan berjudi sampai tengah malam baru pulang rumah.
Ditambah lagi mertuanya yang selalu menyuruhnya untuk melakukan semua pekerjaan di rumah, ia sangat kelelahan, wajahnya pun tidak secantik seperti dulu lagi, kadang ia meminta suaminya untuk membantu pekerjaannya, namun ibunya selalu memotong lalu berkata: “Saya sudah susah-susah membesarkan anak saya, ia sudah bekerja mencari nafkah seharian, kamu masih menyuruhnya melakukan pekerjaan rumah? Dimana perasaan kamu sebagai istrinya?.”
Setahun kemudian, dia hamil, mertuanya pun mengetahui kehamilan menantunya. Mertuanya melihat bentuk perutnya yang lancip, prasangka awalnya ia sudah sangat senang, sepertinya ia akan mendapatkan cucu laki-laki. Kebiasaan suaminya pun masih sama saja, pulang larut-larut malam untuk berjudi, lalu sepulangnya hanya menyentuh perut istrinya, membisik “jadilah anak yang baik” setelah itu langsung tidur tanpa bicara hal lain.
Karena kehamilannya dia sering muntah-muntah, bahkan sulit untuk tidur, selama enam bulan kehamilannya pun masih dipaksa bekerja, badannya pun membengkak karena kekurangan asupan gizi dan kondisinya juga yang stress, wajahnya pun tampak lesu hingga kusam, wajahnya dulu yang cantik sekarang telah pudar.
Akhirnya, dengan jerih payah ia berhasil melahirkan anaknya dengan selamat, ia dikaruniayi anak perempuan yang manis seperti dirinya. Saat di ranjang rumah sakit, baru pertama kalinya menggendong putrinya yang baru lahir, ia memandang pipi putrinya yang kemerah-merahan, benar-benar manis, dalam perasaannya ia sangat amat bahagia.
“Apa? Bayi Gadis? Mustahil! Kita sudah tiga generasi dan semuanya keturunan laki-laki ! Perut istri saya sangat lancip bagaimana bisa lahir bayi gadis?” Setelah ibunya mendengar menantunya melahirkan seorang bayi gadis, di luar kamar ribut dengan dokter dan perawat.
Suaminya mengucapkan satu kalimat yang sangat menyayat hati istrinya: “Perutmu sama sekali tidak sesuai dengan harapan !” Suaminya sangat kecewa, langsung berbalik badan lalu meninggalkan istrinya bahkan tidak melihat anaknya lagi !
Ia memeluk anaknya dengan erat, hatinya sangat terpukul dengan perkataan suaminya. Sekejap perasaanya pecah, air mata nya pun tak terbendung lagi mengalir menetes.
Sejak kejadian itu, suaminya makin sering berjudi malah kali ini lebih parah, jumlah sekali taruhannya pun makin besar, dengan waktu semalam saja ia bisa kehilangan ribuan dollar.
Dia menasihati suaminya agar jangan berpergian lagi, suaminya tidak mengindahkan katanya, tiba-tiba langsung menampar tepat di wajahnya, ia langsung tak berdaya dan terjatuh ke lantai. Suaminya tidak peduli malah membanting pintu langsung pergi meninggalkannya.
Ditambah cacian menantunya,” Kamu lihat suami mu aja sudah tidak tahan dengan kamu lagi, melahirkan anak pun tidak becus, secara keseluruhan kamu gagal menjadi seorang wanita.”
Suatu hari, suaminya pergi keluar untuk berjudi, tidak kembali selama dua hari, dua hari kemudian ia didampingi beberapa preman kembali ke rumah. Ia kalah sangat banyak saat berjudi, terpaksa semua barang berharga yang ia punya harus diambil untuk mengganti semua utang judinya.
“Dasar kamu wanita murahan, bahkan tidak bisa melahirkan anak, juga menyebabkan saya kehilangan uang ! Saya menikahi kamu selalu membawa ………….” Sembari mencaci istrinya sekaligus memukulinya. Ibunya hanya berteriak dan menangis disana: Ya Tuhan…Anakku… sedikit pun tidak bermaksud untuk melerai anaknya.
Saat ia berusia 25 tahun, ia pun memutuskan untuk bercerai, saat ia menyebut ingin bercerai, mertua dan suaminya segera mengusirnya keluar dari rumah.
Gosip yang mengatakan ia wanita pembawa sial sudah tersebar di dalam kota, seperti tidak bisa melahirkan anak, wanita murahan, lalu menyebabkan suaminya jatuh miskin. Tentu ia sudah tahu siapa yang menyebar kabar-kabar tidak benar ini, dengan anggapan yang dilabelkan kepadanya, sambil memeluk putrinya, ia berpikir bagaimana ia dan putrinya dapat hidup dengan tenang setelah ini?
Disaat ia berjalan tanpa tujuan, seorang pria yang polos hanya bermodal menjual sarapan pagi, berkata kepadanya: “Mari menjalani hari-hari bersama saya, walaupun yang saya dapatkan tidak banyak, mari kita jalankan kios ini bersama-sama, dan juga bayi mu saya tidak akan membiarkannya kelaparan.” Sembari ucapannya yang patah-patah, pria itu menyodorkan semangkuk susu kedelai ke tangannya.
Saat pernikahan pertama, yang membuatnya terkesan adalah seikat mawar merah ditambah kemeriahan sana sini. Kali ini, ia menikah, tanpa ada suasana romantis, tidak ada sumpah, hanya semangkuk susu kedelai dan sepatah janji. Pria ini sangat polos, kehidupannya hanya pas-pasan dan sederhana. Dengan ucapannya yang sederhana, “Tidak akan membiarkan bayi kamu kelaparan.” ditambah semangkuk susu kedelai yang hangat, sudah cukup menyentuh hatinya.
Dia akhirnya menikah dengan pria itu, suaminya sibuk dengan usaha yang sekarang ditekuni, sedangkan ia mengontrol keuangan keluarganya, dan di balik kesibukan anak dan menantunya, mertuanya sehari-hari menemani dan bermain dengan cucunya, sungguh keluarga yang bahagia , warung paginya makin lama makin berkembang. Tidak butuh 2 tahun, yang awalnya satu toko kecil, saat ini mereka sudah membuka dua toko, kebahagiaan mereka makin lengkap dengan lahirnya anak laki-laki.
Suatu hari, menantunya yang dulu bertemu dengan cucu perempuannya dan satu cucu lain di taman bermain bersama dengan neneknya.
“Nasib keluarga kamu sangat baik ya, anakmu juga pintar mencari uang.” ucap mantan mertuanya.
“Ini bukan keberuntungan keluarga kami, ini semua karena menantu saya. Setelah ia menjadi istri anak saya, dia lah yang mengurus usaha anak saya, anak saya telah lama be usaha namun tidak semaju sekarang, menantu saya dapat mengontrol keuangan dengan baik.”
“Apa? Anakmu hanya bekerja lalu menantumu yang mengontrol keuangan? Kamu terima-terima saja membiarkan anakmu yang bekerja susah payah?”, jawab mantan mertuanya yang sedikit tercengang.
“Dulu saya sendirian membesarkan anak saya, ketika ia masih kecil saya selalu berharap ada seseorang yang bisa membantu saya membesarkannya. Sekarang saya telah membesarkannya menjadi seorang pria, dia adalah tulang punggung keluarga kami, seperti membantu istrinya untuk mencari nafkah sudah merupakan hal yang biasa”
Mantan mertuanya agak malu untuk berbicara, langsung mengganti topik pembicaraan dengan menujukkan perhatian kepada cucunya yang laki-laki, berkata “Kamu sangat patuh yah! Ah~ dia[cucu perempuan] di keluarga saya hanya meninggalkan utang”.
“Cucu keluarga kami dua-duanya sangat berbakti dan lucu-lucu, karena dia [cucu perempuan] sangat patuh dan berbakti, demikian baru ia dapat mengajarkan kepada adiknya begitu juga.” pinta mertuanya yang kesal cucunya disinggung.
“Ibu”, “Ibu”.. Tiba-tiba terdengar suara seorang pria dan seorang wanita dari belakang. Saat mantan mertuanya menoleh ke belakang, ternyata itu menantunya yang dulu dan suami barunya datang untuk menjemput ibu dan anaknya. Mantan mertuanya itu tidak percaya apa yang dilihatnya, sekarang wajahnya berseri dan cantik kembali seperti dahulu.
“Sekarang sudah menikah dengan pria mapan dan menjadi nyonya di keluarga itu, penampilan pun makin cantik saja ya !” singgung mantan mertuanya yang iri itu.
“Kak [panggilan kepada mantan mertuanya], laki-laki itu seperti tanah, sedangkan wanita itu adalah bunga. Wanita yang menikah dengan pria jahat seperti jatuh ke dalam lubang api, walaupun jenis bunga yang bagus pun tidak bisa mekar. Janganlah engkau selalu menyalahkan istri anakmu sebagai pembawa sial, Dewa yang sangat bijak pun tak mau singgah di rumah orang jahat.” Selesai satu kalimat itu, mertuanya menggandeng kedua cucunya berpaling dan meninggalkannya. Mantan mertuanya itu hanya bisa duduk terdiam di tempat, sembari muncul perasaan malu dan kesal sendirinya.
Dalam banyak kasus, sikap seorang mertua yang terlalu banyak mengurus urusan keluarga ujung-ujungnya keharmonisan keluarga pun terganggu, seperti cerita di atas, bagaimana jika dia berada di posisi menantunya..
Mertuanya selalu rewel dan juga suka pilih-pilih sana pilih-pilih sini, suaminya berkata: “Bagaimanapun juga ia adalah ibu saya, ia satu-satunya orang tua yang saya miliki dan ia telah bersusah payah membesarkan saya seorang diri, kamu harus menghormatinya, istriku.” Setelah itu istrinya merasa bersalah dan tidak membahasnya lagi.
Suaminya jarang di rumah, ia punya kebiasaan berjudi sampai tengah malam baru pulang rumah.
Ditambah lagi mertuanya yang selalu menyuruhnya untuk melakukan semua pekerjaan di rumah, ia sangat kelelahan, wajahnya pun tidak secantik seperti dulu lagi, kadang ia meminta suaminya untuk membantu pekerjaannya, namun ibunya selalu memotong lalu berkata: “Saya sudah susah-susah membesarkan anak saya, ia sudah bekerja mencari nafkah seharian, kamu masih menyuruhnya melakukan pekerjaan rumah? Dimana perasaan kamu sebagai istrinya?.”
Setahun kemudian, dia hamil, mertuanya pun mengetahui kehamilan menantunya. Mertuanya melihat bentuk perutnya yang lancip, prasangka awalnya ia sudah sangat senang, sepertinya ia akan mendapatkan cucu laki-laki. Kebiasaan suaminya pun masih sama saja, pulang larut-larut malam untuk berjudi, lalu sepulangnya hanya menyentuh perut istrinya, membisik “jadilah anak yang baik” setelah itu langsung tidur tanpa bicara hal lain.
Karena kehamilannya dia sering muntah-muntah, bahkan sulit untuk tidur, selama enam bulan kehamilannya pun masih dipaksa bekerja, badannya pun membengkak karena kekurangan asupan gizi dan kondisinya juga yang stress, wajahnya pun tampak lesu hingga kusam, wajahnya dulu yang cantik sekarang telah pudar.
Akhirnya, dengan jerih payah ia berhasil melahirkan anaknya dengan selamat, ia dikaruniayi anak perempuan yang manis seperti dirinya. Saat di ranjang rumah sakit, baru pertama kalinya menggendong putrinya yang baru lahir, ia memandang pipi putrinya yang kemerah-merahan, benar-benar manis, dalam perasaannya ia sangat amat bahagia.
“Apa? Bayi Gadis? Mustahil! Kita sudah tiga generasi dan semuanya keturunan laki-laki ! Perut istri saya sangat lancip bagaimana bisa lahir bayi gadis?” Setelah ibunya mendengar menantunya melahirkan seorang bayi gadis, di luar kamar ribut dengan dokter dan perawat.
Suaminya mengucapkan satu kalimat yang sangat menyayat hati istrinya: “Perutmu sama sekali tidak sesuai dengan harapan !” Suaminya sangat kecewa, langsung berbalik badan lalu meninggalkan istrinya bahkan tidak melihat anaknya lagi !
Ia memeluk anaknya dengan erat, hatinya sangat terpukul dengan perkataan suaminya. Sekejap perasaanya pecah, air mata nya pun tak terbendung lagi mengalir menetes.
Sejak kejadian itu, suaminya makin sering berjudi malah kali ini lebih parah, jumlah sekali taruhannya pun makin besar, dengan waktu semalam saja ia bisa kehilangan ribuan dollar.
Dia menasihati suaminya agar jangan berpergian lagi, suaminya tidak mengindahkan katanya, tiba-tiba langsung menampar tepat di wajahnya, ia langsung tak berdaya dan terjatuh ke lantai. Suaminya tidak peduli malah membanting pintu langsung pergi meninggalkannya.
Ditambah cacian menantunya,” Kamu lihat suami mu aja sudah tidak tahan dengan kamu lagi, melahirkan anak pun tidak becus, secara keseluruhan kamu gagal menjadi seorang wanita.”
Suatu hari, suaminya pergi keluar untuk berjudi, tidak kembali selama dua hari, dua hari kemudian ia didampingi beberapa preman kembali ke rumah. Ia kalah sangat banyak saat berjudi, terpaksa semua barang berharga yang ia punya harus diambil untuk mengganti semua utang judinya.
“Dasar kamu wanita murahan, bahkan tidak bisa melahirkan anak, juga menyebabkan saya kehilangan uang ! Saya menikahi kamu selalu membawa ………….” Sembari mencaci istrinya sekaligus memukulinya. Ibunya hanya berteriak dan menangis disana: Ya Tuhan…Anakku… sedikit pun tidak bermaksud untuk melerai anaknya.
Saat ia berusia 25 tahun, ia pun memutuskan untuk bercerai, saat ia menyebut ingin bercerai, mertua dan suaminya segera mengusirnya keluar dari rumah.
Gosip yang mengatakan ia wanita pembawa sial sudah tersebar di dalam kota, seperti tidak bisa melahirkan anak, wanita murahan, lalu menyebabkan suaminya jatuh miskin. Tentu ia sudah tahu siapa yang menyebar kabar-kabar tidak benar ini, dengan anggapan yang dilabelkan kepadanya, sambil memeluk putrinya, ia berpikir bagaimana ia dan putrinya dapat hidup dengan tenang setelah ini?
Disaat ia berjalan tanpa tujuan, seorang pria yang polos hanya bermodal menjual sarapan pagi, berkata kepadanya: “Mari menjalani hari-hari bersama saya, walaupun yang saya dapatkan tidak banyak, mari kita jalankan kios ini bersama-sama, dan juga bayi mu saya tidak akan membiarkannya kelaparan.” Sembari ucapannya yang patah-patah, pria itu menyodorkan semangkuk susu kedelai ke tangannya.
Saat pernikahan pertama, yang membuatnya terkesan adalah seikat mawar merah ditambah kemeriahan sana sini. Kali ini, ia menikah, tanpa ada suasana romantis, tidak ada sumpah, hanya semangkuk susu kedelai dan sepatah janji. Pria ini sangat polos, kehidupannya hanya pas-pasan dan sederhana. Dengan ucapannya yang sederhana, “Tidak akan membiarkan bayi kamu kelaparan.” ditambah semangkuk susu kedelai yang hangat, sudah cukup menyentuh hatinya.
Dia akhirnya menikah dengan pria itu, suaminya sibuk dengan usaha yang sekarang ditekuni, sedangkan ia mengontrol keuangan keluarganya, dan di balik kesibukan anak dan menantunya, mertuanya sehari-hari menemani dan bermain dengan cucunya, sungguh keluarga yang bahagia , warung paginya makin lama makin berkembang. Tidak butuh 2 tahun, yang awalnya satu toko kecil, saat ini mereka sudah membuka dua toko, kebahagiaan mereka makin lengkap dengan lahirnya anak laki-laki.
Suatu hari, menantunya yang dulu bertemu dengan cucu perempuannya dan satu cucu lain di taman bermain bersama dengan neneknya.
“Nasib keluarga kamu sangat baik ya, anakmu juga pintar mencari uang.” ucap mantan mertuanya.
“Ini bukan keberuntungan keluarga kami, ini semua karena menantu saya. Setelah ia menjadi istri anak saya, dia lah yang mengurus usaha anak saya, anak saya telah lama be usaha namun tidak semaju sekarang, menantu saya dapat mengontrol keuangan dengan baik.”
“Apa? Anakmu hanya bekerja lalu menantumu yang mengontrol keuangan? Kamu terima-terima saja membiarkan anakmu yang bekerja susah payah?”, jawab mantan mertuanya yang sedikit tercengang.
“Dulu saya sendirian membesarkan anak saya, ketika ia masih kecil saya selalu berharap ada seseorang yang bisa membantu saya membesarkannya. Sekarang saya telah membesarkannya menjadi seorang pria, dia adalah tulang punggung keluarga kami, seperti membantu istrinya untuk mencari nafkah sudah merupakan hal yang biasa”
Mantan mertuanya agak malu untuk berbicara, langsung mengganti topik pembicaraan dengan menujukkan perhatian kepada cucunya yang laki-laki, berkata “Kamu sangat patuh yah! Ah~ dia[cucu perempuan] di keluarga saya hanya meninggalkan utang”.
“Cucu keluarga kami dua-duanya sangat berbakti dan lucu-lucu, karena dia [cucu perempuan] sangat patuh dan berbakti, demikian baru ia dapat mengajarkan kepada adiknya begitu juga.” pinta mertuanya yang kesal cucunya disinggung.
“Ibu”, “Ibu”.. Tiba-tiba terdengar suara seorang pria dan seorang wanita dari belakang. Saat mantan mertuanya menoleh ke belakang, ternyata itu menantunya yang dulu dan suami barunya datang untuk menjemput ibu dan anaknya. Mantan mertuanya itu tidak percaya apa yang dilihatnya, sekarang wajahnya berseri dan cantik kembali seperti dahulu.
“Sekarang sudah menikah dengan pria mapan dan menjadi nyonya di keluarga itu, penampilan pun makin cantik saja ya !” singgung mantan mertuanya yang iri itu.
“Kak [panggilan kepada mantan mertuanya], laki-laki itu seperti tanah, sedangkan wanita itu adalah bunga. Wanita yang menikah dengan pria jahat seperti jatuh ke dalam lubang api, walaupun jenis bunga yang bagus pun tidak bisa mekar. Janganlah engkau selalu menyalahkan istri anakmu sebagai pembawa sial, Dewa yang sangat bijak pun tak mau singgah di rumah orang jahat.” Selesai satu kalimat itu, mertuanya menggandeng kedua cucunya berpaling dan meninggalkannya. Mantan mertuanya itu hanya bisa duduk terdiam di tempat, sembari muncul perasaan malu dan kesal sendirinya.
Dalam banyak kasus, sikap seorang mertua yang terlalu banyak mengurus urusan keluarga ujung-ujungnya keharmonisan keluarga pun terganggu, seperti cerita di atas, bagaimana jika dia berada di posisi menantunya..