Memberi pinjaman atau hutang kepada orang lain itu termasuk amal shalih.
Apalagi orang yang meminjam merupakan anggota keluarga sendiri.
Namun terkadang, dalam setiap kehidupan tak jarang antara anggota keluarga tidak saling memperdulikan.
Dikala saudara tengah kesusahan dan meminta bantuan.
Tetapi tidak digubris oleh anggota keluarga tentu amat menyakitkan.
Seperti kisah yang dilansir dari Happytify, satu ini misalnya, dimana ada seorang pria yang mencoba meminjam uang kepada saudaranya.
Yang langsung ditolak mentah mentahm, namun bukan membalasnya dengan tindakan serupa.
Ia memberikan pembelajaran berharga ini kepada saudara tersebut.
Simak kisahnya dibawah ini.
Aku tidak lulus SMP dan memilih untuk bekerja. Setelah perjuangan selama 30 tahun, membuatku berpikir dan meneteskan air mata.
Aku ingat 10 tahun pertama aku datang kesini, aku orang yang mudah gelisah dan tidak tenang. Orang lain kerja mencari uang, membangun rumah dan menikah.
Karena penghasilan yang tidak bagus, membuatku berpikir setiap hari jalan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak.
Suatu ketika, temanku mengajakku untuk berbisnis buah-buahan, ia berkata kalau ada jalan dan bisa membawa perubahan.
Aku pun merasa melihat ada kesempatan, istriku juga sangat mendukung. Kami akhirnya mengambil semua tabungan untuk mencoba membuka bisnis.
Tapi ternyata, temanku adalah penipu, dimana semua uang untuk berbisnis ia ambil. Ia mengatakan ia membutuhkan uang, dan meminta maaf kepadaku.
Meskipun mulutku tidak berkata apa-apa, tapi di dalam hati aku sangat marah.
Hal buruk ini membuat istriku jatuh sakit, dan aku tidak memiliki sepeser uang.
Aku menelpon kakakku untuk meminjam uang.
Ketika itu kedua orang tuaku sudah tiada, sehingga hanya ada kakakku yang selalu memperhatikanku.
Setelah ia mendengarkan apa yang terjadi, ia akhirnya bersedia meminjamkanku uang.
Tapi, kakak iparku mendengar aku ingin meminjam uang, ia tidak menyetujui keputusan kakakku.
Kakak iparku menelpon dan mengatakan kalau keuangan kakakku juga tidak bagus, masih mau menyekolahlahkan keponakanmu.
Aku berkata: "Kami sudah tidak sanggup lagi"
Tapi ia tetap berkata tidak ada uang, dan langsung menutup telpon.
Akhirnya, aku meminta bantuan kepada semua orang yang kukenal dan mengumpulkan uangnya.
Dengan adanya masalah ini, membuatku berjanji akan bekerja keras dan memberikan istriku kehidupan yang enak.
Aku kembali menjual buah-buahan, dan terkadang aku dikejar-kejar hutang. Hal ini membuatku sedih dan tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah 10 tahun berjalan, aku memiliki perusahaan kecil. Istriku juga sudah bisa dengan senang kembali ke rumah.
Setelah sampai di rumah, kakak ipar melihatku ada perkembangan, dan mengajakku makan bersama, tapi aku menolaknya.
Akhirnya, kakak ipar membawa keponakanku yang paling besar mengajakku makan bersama.
Aku mengatakan tidak perlu ia mentraktirku, ada yang mau dikatakan, katakan saja.
Kakak ipar tersenyum dan memintaku membawa keponakan yang paling besar itu untuk bekerja bersamaku.
Aku tertawa dan berkata: "Mengenai hal ini, silakan suruh kakakku datang kepadaku."
Setelah bertahun-tahun, aku tidak mengetahui kabar tentangnya, karena ia tidak pernah menelpon.
Tapi akhirnya, ia datang, dan mengajakku makan di rumahnya, kami berbincang-bincang dan minum-minum bersama.
Ia bilang: "Adikku, aku sungguh minta maaf."
Aku berkata: "Kak, tidak perlu minta maaf, tapi akui saja aku ini adikmu. Mengenai keponakanku, kamu tidak perlu khawatir. Meskipun kamu tidak datang, aku juga akan membantu."
Kakakku terharu dan meneteskan air matanya.
Kakak iparku di samping tersenyum palsu, yang membuatku ingin menamparnya.
Pada akhirnya, aku membantu keponakanku dan mengenalkannya kepada perusahaan teman.
Aku berharap ia tidak seperti kakak iparku yang tidak tahu terima kasih. (M Krisnariansyah)
Apalagi orang yang meminjam merupakan anggota keluarga sendiri.
Namun terkadang, dalam setiap kehidupan tak jarang antara anggota keluarga tidak saling memperdulikan.
Dikala saudara tengah kesusahan dan meminta bantuan.
Tetapi tidak digubris oleh anggota keluarga tentu amat menyakitkan.
Seperti kisah yang dilansir dari Happytify, satu ini misalnya, dimana ada seorang pria yang mencoba meminjam uang kepada saudaranya.
Yang langsung ditolak mentah mentahm, namun bukan membalasnya dengan tindakan serupa.
Ia memberikan pembelajaran berharga ini kepada saudara tersebut.
Simak kisahnya dibawah ini.
Aku tidak lulus SMP dan memilih untuk bekerja. Setelah perjuangan selama 30 tahun, membuatku berpikir dan meneteskan air mata.
Aku ingat 10 tahun pertama aku datang kesini, aku orang yang mudah gelisah dan tidak tenang. Orang lain kerja mencari uang, membangun rumah dan menikah.
Karena penghasilan yang tidak bagus, membuatku berpikir setiap hari jalan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak.
Suatu ketika, temanku mengajakku untuk berbisnis buah-buahan, ia berkata kalau ada jalan dan bisa membawa perubahan.
Aku pun merasa melihat ada kesempatan, istriku juga sangat mendukung. Kami akhirnya mengambil semua tabungan untuk mencoba membuka bisnis.
Tapi ternyata, temanku adalah penipu, dimana semua uang untuk berbisnis ia ambil. Ia mengatakan ia membutuhkan uang, dan meminta maaf kepadaku.
Meskipun mulutku tidak berkata apa-apa, tapi di dalam hati aku sangat marah.
Hal buruk ini membuat istriku jatuh sakit, dan aku tidak memiliki sepeser uang.
Aku menelpon kakakku untuk meminjam uang.
Ketika itu kedua orang tuaku sudah tiada, sehingga hanya ada kakakku yang selalu memperhatikanku.
Setelah ia mendengarkan apa yang terjadi, ia akhirnya bersedia meminjamkanku uang.
Tapi, kakak iparku mendengar aku ingin meminjam uang, ia tidak menyetujui keputusan kakakku.
Kakak iparku menelpon dan mengatakan kalau keuangan kakakku juga tidak bagus, masih mau menyekolahlahkan keponakanmu.
Aku berkata: "Kami sudah tidak sanggup lagi"
Tapi ia tetap berkata tidak ada uang, dan langsung menutup telpon.
Akhirnya, aku meminta bantuan kepada semua orang yang kukenal dan mengumpulkan uangnya.
Dengan adanya masalah ini, membuatku berjanji akan bekerja keras dan memberikan istriku kehidupan yang enak.
Aku kembali menjual buah-buahan, dan terkadang aku dikejar-kejar hutang. Hal ini membuatku sedih dan tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah 10 tahun berjalan, aku memiliki perusahaan kecil. Istriku juga sudah bisa dengan senang kembali ke rumah.
Setelah sampai di rumah, kakak ipar melihatku ada perkembangan, dan mengajakku makan bersama, tapi aku menolaknya.
Akhirnya, kakak ipar membawa keponakanku yang paling besar mengajakku makan bersama.
Aku mengatakan tidak perlu ia mentraktirku, ada yang mau dikatakan, katakan saja.
Kakak ipar tersenyum dan memintaku membawa keponakan yang paling besar itu untuk bekerja bersamaku.
Aku tertawa dan berkata: "Mengenai hal ini, silakan suruh kakakku datang kepadaku."
Setelah bertahun-tahun, aku tidak mengetahui kabar tentangnya, karena ia tidak pernah menelpon.
Tapi akhirnya, ia datang, dan mengajakku makan di rumahnya, kami berbincang-bincang dan minum-minum bersama.
Ia bilang: "Adikku, aku sungguh minta maaf."
Aku berkata: "Kak, tidak perlu minta maaf, tapi akui saja aku ini adikmu. Mengenai keponakanku, kamu tidak perlu khawatir. Meskipun kamu tidak datang, aku juga akan membantu."
Kakakku terharu dan meneteskan air matanya.
Kakak iparku di samping tersenyum palsu, yang membuatku ingin menamparnya.
Pada akhirnya, aku membantu keponakanku dan mengenalkannya kepada perusahaan teman.
Aku berharap ia tidak seperti kakak iparku yang tidak tahu terima kasih. (M Krisnariansyah)