Di jaman yang modern ini banyak masyarakat indonesia lebih mementingkan gengsinya masing-masing, masyarakat kelas menengah yang disebut-sebut mengurangi belanja ritel, namun menghabiskan uang untuk berfoya-foya atau jalan-jalan.
Masyarakat sekarang ini lebih mementingkan kepentingan yang tak terlalu bermanfaat dan cenderung boros padahal sebagian besar gaji yang didapatkannya pas-pasan.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Ari Kuncoro mengatakan salah satu penyebab lesunya konsumsi rumah tangga atau daya beli masyarakat terutama dilihat dari penjualan ritel dikarenakan karena gaya hidup yang hedonis (hura-hura).
Inilah tangapan Ari Kuncoro mengenai masyarakat indonesia.
“Mereka tidak beli pakaian karena pendapatannya digunakan untuk jalan-jalan, menginap di hotel, atau pergi wisata ke Bali dan negara lain,” kata Ari ditemui di Pullman Hotel, Jakarta Pusat, Kamis 10 Agustus 2017.
Dirinya menjelaskan, masyarakat saat ini terlanjur terlena menikmati hidup menjadi kelas menengah sejak era booming harga komoditas di 2010.
Baca juga : Papa dan Mama, Bukannya Aku Enggan Mencari Pasangan. Tapi...
Padahal, jika melihat struktur pendapatan, tidak meningkat. Namun, mereka memilih untuk tetap berada di golongan menengah dengan gaji yang pas-pasan.
“Ketika kebutuhan untuk menunjukkan aktualisasi diri sebagai kelas menengah timbul, tapi pendapatan tidak naik, maka mereka harus memilih apa yang saya beli. Nah barang yang bisa menunjukkan eksistensi mereka sebagai kelas menengah adalah jalan-jalan,” ujar dia.
Source pic: Tribunnews
Dirinya juga mengamati fenomena yang berkembang di masyarakat, di mana masyarakat saling menunjukkan atau mengunggah foto jalan-jalan ke media sosial. Selain jalan-jalan, pasar makanan dan minuman masih bertumbuh, karena orang pergi ke mal atau jalan-jalan, paling utama adalah makan.
“Baju dan elektronik dikurangi pembeliannya, tapi sepatu masih dibeli. Yang masih oke makanan. Ini belum tentu juga pindah ke online, karena walaupun ada pergeseran dari offline ke online, tapi produksi pakaian dan barang elektronik turun, jadi mereka pindah bukan ke online, melainkan membeli yang lain,” tutur dia.
Baca juga : Astaghfirullah, Bocah 10 Tahun ini Dihamili Pamannya Sendiri, Mirisnya Baru Ketahuan Dibulan Ke 5
Lebih jauh, dirinya menambahkan, masyarakat Indonesia saat ini mementingkan untuk tampil dengan gaya trendi, meskipun pendapatannya pas-pasan. Kondisi tersebut dinilainya masih bersifat temporer atau sementara. Inilah yang disebut Ari sebagai hedonisme.
“Jadi pendapatan pas-pasan, tapi ingin bergaya lebih, gengsi. Ini gaya hidup hedonis yang baru. Intinya mereka masih punya daya beli,” jelas dia.
Masyarakat sekarang ini lebih mementingkan kepentingan yang tak terlalu bermanfaat dan cenderung boros padahal sebagian besar gaji yang didapatkannya pas-pasan.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Ari Kuncoro mengatakan salah satu penyebab lesunya konsumsi rumah tangga atau daya beli masyarakat terutama dilihat dari penjualan ritel dikarenakan karena gaya hidup yang hedonis (hura-hura).
Inilah tangapan Ari Kuncoro mengenai masyarakat indonesia.
“Mereka tidak beli pakaian karena pendapatannya digunakan untuk jalan-jalan, menginap di hotel, atau pergi wisata ke Bali dan negara lain,” kata Ari ditemui di Pullman Hotel, Jakarta Pusat, Kamis 10 Agustus 2017.
Dirinya menjelaskan, masyarakat saat ini terlanjur terlena menikmati hidup menjadi kelas menengah sejak era booming harga komoditas di 2010.
Baca juga : Papa dan Mama, Bukannya Aku Enggan Mencari Pasangan. Tapi...
Padahal, jika melihat struktur pendapatan, tidak meningkat. Namun, mereka memilih untuk tetap berada di golongan menengah dengan gaji yang pas-pasan.
“Ketika kebutuhan untuk menunjukkan aktualisasi diri sebagai kelas menengah timbul, tapi pendapatan tidak naik, maka mereka harus memilih apa yang saya beli. Nah barang yang bisa menunjukkan eksistensi mereka sebagai kelas menengah adalah jalan-jalan,” ujar dia.
Source pic: Tribunnews
Dirinya juga mengamati fenomena yang berkembang di masyarakat, di mana masyarakat saling menunjukkan atau mengunggah foto jalan-jalan ke media sosial. Selain jalan-jalan, pasar makanan dan minuman masih bertumbuh, karena orang pergi ke mal atau jalan-jalan, paling utama adalah makan.
“Baju dan elektronik dikurangi pembeliannya, tapi sepatu masih dibeli. Yang masih oke makanan. Ini belum tentu juga pindah ke online, karena walaupun ada pergeseran dari offline ke online, tapi produksi pakaian dan barang elektronik turun, jadi mereka pindah bukan ke online, melainkan membeli yang lain,” tutur dia.
Baca juga : Astaghfirullah, Bocah 10 Tahun ini Dihamili Pamannya Sendiri, Mirisnya Baru Ketahuan Dibulan Ke 5
Lebih jauh, dirinya menambahkan, masyarakat Indonesia saat ini mementingkan untuk tampil dengan gaya trendi, meskipun pendapatannya pas-pasan. Kondisi tersebut dinilainya masih bersifat temporer atau sementara. Inilah yang disebut Ari sebagai hedonisme.
“Jadi pendapatan pas-pasan, tapi ingin bergaya lebih, gengsi. Ini gaya hidup hedonis yang baru. Intinya mereka masih punya daya beli,” jelas dia.