Namun, bukan ini maksud yang akan kita tuju.
Jika kita mengenal matahari sebagai sumber cahaya bagi penduduk bumi, jangan lupa bahwa ada cahaya yang jauh lebih besar dari itu. Ciptaan Allah yang mentransfer cahaya keseluruh alam semesta, bahkan karenanya matahari dapat bersinar. Siapa lagi kalau bukan cahaya pertama, Nabi Muhammad saw.
“Dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (QS.Al-Ahzab:40)
Posisi kita di hadapan Rasulullah saw seperti posisi tumbuhan hijau di hadapan matahari. Semakin banyak ia menyerap cahaya matahari, semakin banyak pula api yang terkandung didalamnya. Semakin banyak kita menyerap cahaya Rasulullah saw, semakin besar pula cahaya yang akan kita pancarkan di Hari Kiamat.
“Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka.” (QS.Al-Hadid:12)
Orang munafiq (yang tidak pernah menyerap cahaya dari Rasulullah saw) tidak akan memiliki cahaya di akhirat. Hingga kelak mereka akan mengemis kepada orang-orang mukmin. Namun Allah Menolak permintaan mereka, karena cahaya itu tidak bisa didapatkan di akhirat, ia hanya bisa dibawa dari alam dunia dengan mendekatkan diri kepada Rasul saw.
Pada hari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, “Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu.” (Kepada mereka) dikatakan, “Kembalilah kamu ke belakang (dunia) dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab. (QS.Al-Ahzab:13)
Mari kita semakin mendekati Rasulullah saw, karena hanya itulah satu-satunya cara untuk menyerap cahaya dari beliau. Semoga kita dibangkitkan sebagai orang-orang yang bercahaya di hari kiamat.
Sumber:www.khalifah.id
Jika kita mengenal matahari sebagai sumber cahaya bagi penduduk bumi, jangan lupa bahwa ada cahaya yang jauh lebih besar dari itu. Ciptaan Allah yang mentransfer cahaya keseluruh alam semesta, bahkan karenanya matahari dapat bersinar. Siapa lagi kalau bukan cahaya pertama, Nabi Muhammad saw.
“Dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (QS.Al-Ahzab:40)
Posisi kita di hadapan Rasulullah saw seperti posisi tumbuhan hijau di hadapan matahari. Semakin banyak ia menyerap cahaya matahari, semakin banyak pula api yang terkandung didalamnya. Semakin banyak kita menyerap cahaya Rasulullah saw, semakin besar pula cahaya yang akan kita pancarkan di Hari Kiamat.
“Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka.” (QS.Al-Hadid:12)
Orang munafiq (yang tidak pernah menyerap cahaya dari Rasulullah saw) tidak akan memiliki cahaya di akhirat. Hingga kelak mereka akan mengemis kepada orang-orang mukmin. Namun Allah Menolak permintaan mereka, karena cahaya itu tidak bisa didapatkan di akhirat, ia hanya bisa dibawa dari alam dunia dengan mendekatkan diri kepada Rasul saw.
Pada hari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, “Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu.” (Kepada mereka) dikatakan, “Kembalilah kamu ke belakang (dunia) dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab. (QS.Al-Ahzab:13)
Mari kita semakin mendekati Rasulullah saw, karena hanya itulah satu-satunya cara untuk menyerap cahaya dari beliau. Semoga kita dibangkitkan sebagai orang-orang yang bercahaya di hari kiamat.
Sumber:www.khalifah.id